Proses perekaman suara secara
digital sangat berbeda dengan perekaman analog. Perekaman secara digital
memiliki fitur yang lebih banyak dibandingkan dengan proses perekaman sinyal
secara analog. Contoh perekaman digital adalah saat kita merekam menggunakan
software audio recorder pada komputer.
Hasil perekaman digital dapat
digunakan secara langsung di komputer. Selain itu, file suara digital dapat
disalin dalam jumlah yang banyak tanpa mengalami penurunan kualitas. File suara
digital juga dapat dikirim melalui internet atau dengan menggunakan Audio CD.
Selain itu file suara digital dapat diedit dengan mudah dibandingkan dengan
file suara analog.
Peralatan utama yang digunakan untuk
perekaman digital adalah Analog-to-Digital Converter atau disingkat ADC.
Ketika merekam, ADC menangkap nilai voltase atau amplitudo sinyal audio listrik
dari jalur audio, kemudian mengubahnya menjadi nomor-nomor biner yang selanjutnya
kemudian disimpan ke komputer. Dengan melakukan penangkapan nilai tegangan
secara cepat seperti ini, kita dapat memprediksi bahwa kualitas file audio yang
dihasilkan oleh perekaman suara digital akan lebih tinggi dibandingkan dengan
perekaman suara analog.
Dalam proses perekaman suara secara
digital, ada 2 hal yang menentukan kualitas dari format sebuah file audio
digital, yaitu :
- Sample Rate, yaitu tingkatan dimana sample ditangkap atau dimainkan. Satuannya adalah Hertz atau Sample per Second. Sebuah audio CD memiliki sample rate 44.100 Hz atau biasa disebut 44 KHz. Format ini merupakan yang paling banyak digunakan termasuk pada audio CD mengingat keunggulannya dibandingkan dengan format lainnya.
- Sample Format atau sample size, yaitu jumlah angka pada saat representasi digital dari setiap sampel. Analoginya, sample rate merupakan sebuah tingkat keakuratan horisontal dari bentuk gelombang digital, sedangkan sample format merupakan ketelitian sisi vertikalnya. Sample size dinyatakan dalam jumlah bit, semakin banyak jumlah bit maka semakin presisi representasi amplitudo sebuah sinyal digital dan akan semakin mendekati bentuk sinyal analog aslinya. Pada CD Audio memiliki jumlah bit atau tingkat kepresisian 16 bit, atau sekitar 5 digit desimal.
Berikut ini ilustrasi dari sample rate
dan sample size pada proses perekaman suara audio secara digital :
Sampling
rate yang lebih tinggi memungkinkan dapat dilakukannya perekaman pada frekuensi
audio yang lebih tinggi. Nilai ideal dari sampling rate adalah minimal 2 kali
dari frekuensi terbesar suara yang akan direkam (disampling). Frekuensi
sampling yang lazim digunakan adalah 44.100 Hz, hal itu mengacu pada frekuensi
tertinggi yang dapat didengar oleh telinga manusia yaitu 20.000 Hz. Meskipun
sekarang mulai banyak digunakan sampling rate 96 KHz dan 192 KHz pada perekaman
DVD, namun sekilas kita tidak akan dapat membedakannya dengan perekaman audio
dengan sample rate 44.100 Hz.
Sedangkan
pada sample size, semakin tinggi sample size yang digunakan, maka jangkauan
dinamis dari suara akan semakin lebar dengan output pada suara keras akan
terdengar lebih keras dan suara lembut terdengar semakin lembut. Secara teori,
jangkauan suara dinamis dari Audio CD adalah sekitar 90 dB. Dari gambar di atas
terlihat sekali bahwa pada hasil sampling sinyal audio akan lebih bagus
hasilnya (menghasilkan sample lebih banyak) pada frekuensi yang lebih rendah.
Dalam
proses perekaman
sinyal audio suara secara digital, pada frekuensi audio lebih rendah,
jumlah sample lebih sedikit dan ini akan berakibat pada kualitas keluaran ADC.
Sedangkan pada sample size (gambar bawah), jumlah bit pada perangkat
berpengaruh pada hasil representasi sinyal keluaran. Idealnya, semakin tinggi
jumlah bit maka semakin bagus hasil representasi sinyal nya, namun pembatasan
jumlah bit pada representasi sinyal ini dapat dikompensasi dengan adanya filter
sinyal audio untuk mengembalikan pada bentuk sinyal aslinya (analog).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar